Apa kabar di sana? Masih gelap kah? Atau sekarang sudah berada di samping para sahabat Nabi? Atau bahkan sudah bertemu beliau? Sampaikan salamku untuknya. Bisakah?

Mmm.. nampaknya aku belum bisa menepati janjiku saat ini. Tapi aku akan memenuhinya segera! Pun kemenanganmu tak bisa terbantahkan lagi. Yah kakakmu ini masih saja menyimpan keangkuhan seperti saat kita sering bertengkar dulu.  Kadang si egois dan sang gengsi pun turut mengintip malu-malu.

Hmm.. apalah artinya hidup tanpa pesaing sepertimu. Tidak seheboh dulu. Tak ada semangat untuk saling mengalahkan. Bahkan tak ada lagi kau dengar cerita kakakmu ini berebut prestasi, saling menyerobot di hadapan ibu untuk sekedar menceritakan kehebatan sewaktu di sekolah. Ataupun saling menceritakan kesalahan dan menjatuhkan seperti dulu. Sekarang, saat aku gagal, ibu hanya mengangguk dan mengelus rambutku. Tentu saja sambil memberi nasehat penguat jiwa. Pengertian sekali! Aku senang? Tidak juga. Justru semakin membuat rasa bersalahku padamu semakin dalam. Semakin malu aku menjadi kakakmu.

Semenjak kami kau tinggal, semua mengambil hikmah. Tak terkecuali adik kita. Dia semakin tumbuh menjadi jiwa pembelajar. Pun kadang tak diragukan lagi, ia sering membuat kemanjaan-kemanjaan yang sedikit merepotkan kami. Tapi prestasinya tak pelak membuat kami berdecak kagum. Orang tua kita semakin sabar dan pengertian. Tidak pernah sekalipun mengeluarkan kata-kata keras (kecuali memang kalau kita keterlaluan ;).  Kakak-kakak kita pun demikian. Walaupun suasana tidak lagi sehangat dulu. Semua telah sibuk dengan urusan masing-masing. Yah, dunia memang harus terus berubah.

Apa kabar di sana? Sudahkah kau tengok sejuknya surga? Atau kau intip panasnya neraka? Semoga bidadari syurga lah yang senantiasa menemanimu di sana.

Tahun ini belum juga aku beranjak dari kampus ini. Tempat yang dulu belum sempat kau kunjungi. Jangankan kampus, mengajakmu ke SMA saja belum pernah. Padahal sempat terbersit di benakku untuk mengajakmu ke sana. Kita datang kajian bersama, shalat di masjid SMA yang dulu sempat jadi impian keduamu selain Mantingan.  Yah, sepertinya kebersamaan kita hanya bisa dihitung dengan jari. Begitu seringnya kau kutinggalkan demi memenuhi agenda-agenda di SMA. Hingga kau berkembang dengan caramu sendiri.

Masih teringat jelas saat kepergianku ke kampus untuk pertama kalinya. Kau seolah-olah ingin turut bersamaku. Waktu itu aku berpikir, nantilah ketika kau dan adik kita libur, akan kuajak kalian keliling kota ini. Tapi semua itu memang cuma angan belaka. Hingga aku lupa membelikanmu oleh-oleh dari sini. Sedihkah kau saat itu? Tahun ini, saat kumenatap wajah-wajah mahasiswa batu di kampusku, aku melihat siluet wajahmu.. Mungkin sebesar inilah kamu tahun ini.

Apa kabar di sana? Selezat apakah hidangan syurga? Sebening apa sungai yang mengalir di sana?

Bukan penyesalan namanya jika datangnya di awal. Yah, masih sulit menghapus perasaan bersalahku padamu. Terlalu banyak dan membekas setiap mengingat setiap kenangan bersamamu. Hanya berharap kepada Allah agar segala kesalahan ini dapat terampuni. Dan satu hal yang ingin kusampaikan, tahukah kau betapa banyak orang yang bersimpati kepadamu saat itu. Ini semakin membuatku bangga dan sekaligus malu menjadi kakak dari adik sehebat dirimu. T_T

Rabb.. ampunilah dosa yang telah hamba perbuat kepadanya, sayangilah ia, tempatkanlah ia di tempat yang Engkau muliakan. Terimalah amal ibadahnya dan ampunilah segala dosanya..Amiin..